Home
News

Programming. Worth it or Not?

Programming itu bukan hal yang mudah. Jadi, apakah perjuangan yang dikeluarkan sepadan dengan hasilnya?

Di jaman sekarang, rasio diantara konsumsi dan kreasi kadang mudah untuk menjadi tidak seimbang. Dengan adanya media seperti Netflix, podcast, Twitter, majalah, televisi, media sosial, dan masih banyak lagi, kebanyakan waktu kita hanya dihabiskan untuk kegiatan konsumsi yang tak berbuah hasil.

Memang tidak ada salahnya untuk menghabiskan sepotong atau dua bagian dari waktu kita dengan aktivitas diatas, tapi kegiatan - kegiatan itu merupakan kegiatan yang murni konsumtif. Bahkan membaca buku adalah kegiatan yang konsumtif. Terlalu banyak memakan waktu mengonsumsi dari media bisa membuat kita menjadi terlalu rakus. Harus ada tujuan yang tetap.

Makin sulit makin baik

Tujuan yang diperlukan bukanlah untuk membuat hal - hal hebat yang bisa memukau orang lain. Tapi lebih ke arah dimana kita bisa menyibukan diri kita dengan sebuah proses kreasi atau penciptaan. Kita harus menantang diri kita sendiri untuk melalui suatu tahap yang sulit dengan tujuan yang tak lain dari menyelesaikan tantangan tersebut. Disini lah programming memiliki peran. Programming bisa menjadi penganti kegiatan yang over-konsumtif menjadi sesuatu yang lebih produktif dan kreatif. Enaknya lagi, programming bisa dilakukan sebagaimana kita melakukan kegiatan konsumtif kita, dengan duduk seharian.

Tentunya, kalau kita duduk terlalu lama untuk menyelesaikan coding juga tidak baik untuk kesehatan kita. Javascript itu ada untuk membuat Apps bukan Abs.

Tapi tentunya tidaklah salah untuk menyarankan bahwa programming sehat untuk otak kita. Lebih sehat, setidaknya, dibanding menonton secara marathon semua episode Game of Thrones atau menjelajahi seluruh pelosok Explore di Instagram-mu.

Dalam kata lain, menyaksikan Game of Thrones, bagi saya, adalah hal yang menyenangkan. Tetapi, itu sebenarnya adalah hal yang tak sepenuhnya baik bagi diri saya sendiri. Memang ada bagian menyenangkan dan menghibur dari Game of Thrones, tapi hanya itu, hiburan semata. Apa yang kita lakukan saat kita melakukan tindakan konsumtif seperti menonton terlalu mudah, kita tinggal duduk di sofa, tekan tombol pada remote, membuka sekaleng soda, menyenderkan kaki ke meja dan duduk diam di depan televisi selama tiga jam.

Jalan yang mudah memang lebih menarik, tapi yang susah lebih memberi hasil.

Menerima Kesulitan

Kata ‘susah’ dan ‘rumit’ sering digunakan untuk menjelaskan suatu hal secara negatif. Dalam banyak kasus, pengunaannya memang sesuai. Memang sulit untuk menyaksikan seorang yang kita sayangi sakit dan menderita, susah menjalani hubungan yang mulai kandas, dan kadang sulit menjalani situasi yang sepenuhnya menyakitkan tanpa memberi timbal hasil.

Tapi, mempelajari sesuatu yang rumit lebih membawa dampak yang positif. Proses belajarnya lah yang menjadi hadiah. Berkutat dengan code, meski membuat frustasi, adalah suatu obat untuk otak kita.

Kalau dalam proses belajar kamu bisa membuat suatu app yang baik dan user mulai berguling menggunakan app yang kamu ciptakan, that’s great! Jika tidak, code anyway. Jika kamu bisa menguasai Javascript dan bisa menjalankan YouTube channel codingmu sendiri dan melebihi subscriber PewDiePie, that’s even greater! Jika tidak, code anyway.

Banyak orang yang mempelajari programming untuk mencapai tujuan spesifik. Mungkin pekerjaan lamamu membosankan dan kamu ingin sesuatu yang lebih menantang. Tidak ada yang salah dengan tujuan seperti itu. Mungkin kamu ingin terjun ke industri teknologi untuk gaji yang lebih besar? Silahkan, tidak ada salahnya menghasilkan lebih agar bisa menghidupi diri sendiri dan keluarga.

Tapi kamu tidak butuh suatu patokan yang menjadi akhir dari perjalanan coding-mu. Cukup mulai. Jika perjalanan codingmu menjadi semakin susah, jangan frustasi. Artinya kamu sudah ada di jalan yang benar, di jalan yang sulit. Karena jika semua terlalu mudah, mungkin kamu sedang menonton episode Keeping up with The Kardashians, dan bukan menjalani hidupmu yang memang lebih rumit tetapi juga lebih berharga.

Source: Code Camp