Home
News

Hindari 6 Mitos Pemrograman Ini


Besarnya jumlah orang-orang yang salah paham tentang dunia pemrograman semakin membuat dunia pemrograman geleng-geleng kepala. Pasalnya, banyak dari mereka yang berpendapat bahwa Programmer hanya diperuntukkan bagi kaum Geeks, ahli matematika, dan pekerjaan yang mereka tekuni hampir tidak boleh melakukan kesalahan.

Pendapat seperti ini lahir bukan tanpa sebab, mitos-mitos yang masih dipercaya masyarakat tentang dunia pemrograman faktanya masih dipercaya hingga saat ini. Jika kamu ingin menjadi seorang Programmer, pahamilah bahwa mitos-mitos yang sering kamu dengar selama ini tidak terbukti kebenarannya.

Harus jago matematika agar mampu belajar pemrograman.

Akibat terlalu seringnya orang-orang menyebutkan hal ini, maka tertanam di benak kita bahwa jago matematika merupakan modal yang harus dimiliki sebelum belajar pemrograman. Padahal sebagai Programmer, waktu yang kita gunakan adalah menuliskan kode, bukan berinteraksi dengan berbagai rumus matematika. Walaupun begitu, mempelajari dasar-dasar aljabar dan ilmu matematika lainnya juga perlu jika kita ingin mencoba membuat program yang membutuhkan perhitungan matematis atau komputer grafis.

Minimal IQ saya harus 160.

Intinya, seseorang yang tahu dan mengerti cara berkomunikasi, tentunya bisa belajar pemrograman. Tingginya IQ seseorang tidak menjadi penentu apakah ia mampu atau tidak mengikuti proses belajar pemrograman. Karena pada dasarnya, pemrograman merupakan sebuah bahasa yang membantu kita berkomunikasi dan memberikan perintah kepada komputer untuk melakukan suatu hal dan memecahkan masalah.

Kuliah untuk belajar coding.

Tidak sedikit yang beranggapan bahwa seseorang yang ingin belajar pemrograman harus kuliah atau belajar di universitas. Hal ini tentunya sudah tidak menjadi keharusan, karena sejak adanya internet semakin memungkinkan kita belajar pemrograman secara otodidak. Adanya bimbingan dari guru atau mentor bisa dijadikan kebutuhan sekunder karena sesungguhnya kita bisa mempelajari sendiri dasar-dasar pemrograman itu. Situs-situs seperti Codeacademy dan Stackexchange dapat dijadikan acuan jika kamui ingin memulai belajar pemrograman secara otodidak. Namun, bagi kamu yang bercita-cita menjadi expert di bidang pemrograman, tentunya belajar secara otodidak akan memakan waktu yang lama. Oleh karena itu, kini hadir lembaga pendidikan yang menyediakan program kursus pemrograman.

Usia saya masih di bawah 17 tahun.

Banyak orangtua yang khawatir saat anak-anak usia dini mulai menyentuh komputer. Terlebih lagi, anak-anak mereka justru sudah menunjukkan ketertarikannya pada dunia pemrograman. Kondisi seperti ini seharusnya menjadi motivasi, karena untuk belajar pemrograman dibutuhkan inisiatif diri sendiri. Usia tidak membatasi seseorang yang ingin belajar pemrograman, justru, ada banyak situs yang memang diciptakan khusus untuk anak-anak seperti Scratch dan Alice, karena situs ini lebih menonjolkan tutorial secara visual yang lebih mudah dicerna anak-anak dalam proses belajar.

Jago pemrograman dalam seminggu.

Apakah kamu masih percaya dengan mitos ini? Satu hal yang harus kamu ketahui bahwa dunia pemrograman sangat luas dan kompleks, sehingga tidak mungkin seseorang mampu menguasainya hanya dalam waktu seminggu. Jika kamu ingin menguasai sebuah bahasa pemrograman dalam waktu singkat, maka bergabunglah di Coding Bootcamp yang jadwal belajarnya sangat fokus dan intensif selama beberapa bulan. Namun jika kamu ingin menguasai beberapa bahasa sekaligus, maka ambillah kursus dengan jangka waktu yang lebih lama dan jangan lupa bergabung di berbagai komunitas agar pengetahuan kamu tentang pemrograman semakin tajam dan update.

Menghafal semua syntax.

Jangan keliru dengan pemikiran yang menganjurkan kamu untuk menghafal semua kode pemrograman tersebut. Karena pada dasarnya, belajar pemrograman fokus pada pemahaman akan bagaimana cara kerja sebuah kode program. Tidak perlu khawatir jika kamu kesulitan menghafal syntax, sebab kamu akan menuliskan kode yang sama berkali-kali sebelum akhirnya kamu mampu menciptakan framework sendiri.

Dari semua mitos di atas, ada pula yang menyatakan bahwa kita harus mempelajari bahasa pemrograman yang paling baik. Tetapi, bahasa pemrograman mana yang paling baik? Jawabannya adalah bahasa pemrograman yang paling kamu butuhkan saat ini, baik bahasa yang paling cocok untuk pekerjaan kamu, maupun bahasa yang akan kamu gunakan untuk menciptakan sebuah program atau aplikasi. Kesimpulannya, kamu sendiri yang menentukan bahasa pemrograman mana yang akan kamu fokus pelajari.