Home
News

Full Stack Developer dan Back-End Developer, Mana yang Lebih Prospek?

Tahukah Anda bahwa Developer teknologi terdiri dari berbagai bidang pekerjaan? Seperti halnya dokter yang dibedakan menjadi dokter umum, spesialis gigi, bedah, penyakit dalam, ortopedi, dan lain sebagainya. Developer teknologi bukan hanya melulu web atau mobile apps, tetapi juga data entry, full stack, back-end, front-end, software, dan masih banyak yang lainnya. Setiap Developer tersebut pastinya memiliki bidang keahlian tersendiri. Namun pertanyaannya, mana yang ke depannya lebih prospek?

Bicara tentang internet, tentu tak lepas dari website. Ketika berselancar di internet, Anda akan menemukan banyak website dengan beragam tampilan dekorasi interior dengan perpaduan warna, font, menu dropdown, dan slider yang menarik. Pernahkah Anda berpikir atau setidaknya rasa penasaran Anda tergugah untuk mengetahui, bagaimana sebuah website tercipta sehingga bisa dinikmati dan dimanfaatkan dengan begitu mudahnya?

Pada prinsipnya, website terdiri dari 2 (dua) bagian penting, yakni front-end dan back-end. Nah, yang bertanggung jawab untuk membuat layout agar menarik dan interaktif adalah front-end developer. Namun, front-end developer tidak akan bisa bekerja apabila tidak ada peran back-end developer. Memang apa sih pentingnya back-end?

Back-end dapat dipahami sebagai halaman belakang sebuah website. Sesuai dengan namanya, kinerja back-end tentu saja ‘di balik layar’ atau secara visual tidak kasat mata. Meski begitu, back-end memiliki peran yang sangat penting. Bahkan, tanpa adanya back-end, tampilan website nan apik dengan theme berdekorasi cantik tak akan dapat dinikmati. Back-end sebuah website mencakup server, database, dan aplikasi. Nah, sudah menjadi tugas dan tanggung jawab seorang back-end developer untuk memiliki keahlian dan penguasaan teknologi yang berkaitan dengan komponen back-end tersebut. Front-end dan back-end developer memiliki area yang berbeda. Namun diantara keduanya terdapat zona abu-abu yang disebut dengan full stack developer. Dalam konteks pembangunan sebuah website, full stack developer memiliki peran dan tugas lintas fungsional. Artinya, full stack developer bertanggung jawab pada sisi back-end sekaligus front-end. Oleh sebab itu, bidang tugas full stack developer cenderung lebih kompleks, karena masing-masing sisi membutuhkan keterampilan juga keahlian yang berbeda. Dalam bahasa sederhananya, full stack developer menawarkan suatu paket lengkap bahkan hemat jika dipandang dari sisi bisnis.

Hadirnya full stack developer tak jarang menimbulkan kebingungan, terutama bagi mereka yang ingin menggunakan jasa Developer untuk membangun sebuah website. Apakah harus memilih back-end developer ataukah full stack developer? Sebenarnya kebingungan tersebut tidak perlu muncul, apabila Anda mengetahui dan memahami ‘apa’ yang dibutuhkan. Back-end developer dan full stack developer tidaklah sama. Jika dianalogikan, back-end developer memiliki sifat yang lebih khusus karena dia spesialis. Sementara full stack developer cenderung lebih umum atau generalis. Perbedaannya back-end dan full stack developer dapat dilihat dari area atau lingkup kerjanya. Back-end developer bekerja dan bertanggung jawab dalam lingkup:

  • Sisi server yang harus menguasai bahasa pemrograman seperti PHP, Java, Python, Node.js, termasuk mampu menguasai framework seperti .NET, CakePHP, Symfony, Zend, dan lainnya.
  • Teknologi database yang pastinya dituntut menguasai penggunaan tool seperti MongoDB dan MySQL. Desain API.
  • Pengembangan sistem dengan menggunakan Puppet atau Chef.

Lantas, bagaimana dengan full stack developer? Apa saja yang menjadi lingkup kerjanya? Sebagai Developer teknologi yang sifatnya lebih umum, lingkup kerja full stack developer cenderung lebih luas. Tak hanya bisa menguasai lingkup back-end, ia juga bisa bekerja pada lingkup yang lebih luas, yakni:

  • Sisi client yang menjadi lingkup kerja front-end dengan penguasaan terhadap bahasa pemrograman JavaScript, HTML, dan CSS. Dalam pengembangan JavaScript mampu menguasai jQuery/Ajax, AngularJS atau ReactJS.
  • Mengembangkan user interface dengan HTML5/CSS atau iOS/Android SDKs.

Mana yang Lebih Banyak Dipilih?

Pada prinsipnya antara back-end developer dengan full stack developer memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Jika pengguna jasa hanya membutuhkan pengembangan website di bagian belakang, tentu back-end developer lebih baik karena memiliki keahlian spesial di bidang tersebut, dibandingkan dengan full stack developer. Namun, pandangan tersebut akan berbeda dari sisi bisnis. Tak sedikit pengguna jasa yang lebih memilih untuk mempekerjakan full stack developer daripada back-end developer. Mengapa?

Dari sisi bisnis, pengguna jasa cenderung memilih untuk mempekerjakan Developer yang memiliki kemampuan dan keahlian guna mengerjakan tugas dalam lingkup yang lebih luas. Meski tak harus spesialis, setidaknya Developer memahami bahasa pemrograman dan menggunakan beragam tool yang dibutuhkan untuk membangun website baik di sisi belakang (back-end) maupun depan (front-end). Nah, keahlian ini dimiliki oleh full stack developer, bukan back-end developer. Jika bicara masalah sejarah perkembangan teknologi, pada tahun 2006 kesempatan berkarir untuk front-end dan back-end developer adalah sama. Namun, setelahnya terjadi perubahan besar, di mana Ajax mulai melakukan ekspansi dan Steve Jobs meluncurkan iPhone.

Sejak Flash sudah tidak bisa lagi digunakan, maka para developer teknologi beralih ke tool-tool yang lebih baik seperti HTML5, Canvas, dan WebGL. Tak hanya itu, ketika publik telah menggunakan telepon yang dilengkapi dengan fitur internet, di situlah perubahan dan pergeseran terhadap kebutuhan akan keahlian developer terjadi. Produsen-produsen teknologi tak lagi menjadikan back-end developer sebagai ‘anak emasnya’, tetapi mereka menginginkan yang lebih. Mereka membutuhkan pengembangan desain yang responsif, kemampuan cross-browser yang lebih baik, dan pastinya teknik pengembangan tampilan depan yang baru.

Seiring dengan perkembangan kebutuhan ‘pasar’, tuntutan akan pengembangan teknologi pun semakin meningkat, terutama di sisi client atau ranah lingkup kerja front-end developer. Namun, kebutuhan akan back-end developer juga tak bisa dilepaskan begitu saja. Oleh sebab itu, para produsen teknologi cenderung menginginkan Developer yang tak hanya mampu menguasai back-end saja, tetapi juga front-end.

Sebagai hasilnya, kehadiran full stack developer seolah menjawab dan menjadi solusi atas kebutuhan keahlian di sisi back-end dan front-end. Meski tak menutup kemungkinan bahwa keahlian seorang spesialis back-end developer tetap dibutuhkan, namun menjadi nilai tambah tersendiri apabila memiliki pekerja developer dengan kemampuan lintas fungsional back-end dan front-end.

Sumber: Quincy Larson’s Answer in Quora